Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)

Bermain peran merupakan salah satu metode yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan kekerabatan antar insan (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan siswa.

Pengalaman berguru yang diperoleh dari metode bermain tugas (role playing) mencakup kemampuan kerja sama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian. Metode bermain tugas (role playing) juga sanggup dipakai untuk meningkatkan keaktifan siswa. Sesuai dengan klarifikasi Vasilieou dan Paraskeva (2010: 29) yang menjelaskan bahwa:
Using role-playing techniques students participate actively in learning activities, as they express their feelings, ideas, and arguments, trying to convice others of their viewpoint, and, thus, they, create and develop self-efficacy beliefs. Also through the negotiation and interaction with their peers, they learn to compromise. Accept different perspectives, and gain tolerance to cultural divercity. Farthermore, role playing can be used as a method for teaching insight and empathy competence.
Dari uraian yang dikemukakan oleh Vasilieou dan Paraskeva di atas sanggup dijelaskan bahwa memakai teknik bermain tugas (Role Playing) siswa sanggup berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar, alasannya yakni mereka mengungkapkan perasaan, ide, dan argumen mereka, mencoba meyakinkan orang lain dari sudut pandang mereka, dan dengan demikian mereka membuat dan berbagi kepercayaan diri.

Selain itu, melalui perundingan dan interaksi dengan teman sebaya, mereka berguru untuk berkompromi, mendapatkan perspektif yang berbeda, dan mendapatkan toleransi terhadap keanekaragaman budaya. Selanjutnya, bermain tugas sanggup dipakai sebagai metode untuk mengajar dan tenggang rasa kompetensi.

Melalui bemain tugas (role playing), siswa mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bantu-membantu para siswa sanggup mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan aneka macam taktik pemecahan duduk kasus (Amri, 2010 : 194).

Zaini (2008: 102), menyatakan bahwa bemain tugas (role playing) yakni suatu acara pembelajaran terpola yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik.

Menurut Maier (2002: 1), bermain tugas (role playing) disukai oleh siswa dan guru. Ini dibuktikan dengan penyataannya bahwa:
“Role playing seems to be an educational tool favored by students and instructors alike. Students or trainees welcome role playing because this activity brings variations, movement, and most likely, simulated life experience into the classroom or training session. Teacher, trainers or supervisors favor role playing as a handy means of enlivening the learning content; in particular, this method brings concrete study materials which are more difficult to explain by the way of lecture and disscussion.”
Maksud dari pernyataan Maier yaitu bermain tugas terlihat ibarat sebuah alat pendidikan yang disukai oleh siswa dan guru. Siswa atau guru mendapatkan bermain tugas alasannya yakni acara ini membawa variasi gerakan, dan yang paling disukai, pengalaman hidup yang disimulasikan dalam ruang kelas atau sesi pelatihan. Guru, pelatih, atau pengawas menyukai bermain tugas sebagai sebuah arti dari menghidupkan isi dari pembelajaran khususnya metode ini membawa bahan pembelajaran menjadi konkret saat yang lebih sulit dijelaskan oleh metode ceramah dan diskusi.

Menurut Blatner (2002) bermain tugas (role playing) mempunyai banyak laba sesuai dengan pernyataan bahwa:
The role play concept has many advantages: It is unique in its capacity to interpret phenomena at many levels of human organization--intrapsychic, interpersonal, family, organization, and even interactions within the larger culture. Its association with drama and the arts and its roots in the play of childhood gives the exercise of this skill some of the excitement and challenge of a game, adding motivation to the learning process. And finally, its association with a technique which can be used for both education and therapy makes it especially heuristic.
Maksud dari pernyataan yang dikemukakan oleh Blatner yakni bermain tugas mempunyai banyak laba dalam kemampuan untuk menafsirkan fenomena di aneka macam tingkatan dalam organisasi insan baik secara individu, dalam keluarga, organisasi, dan bahkan interaksi dalam budaya yang lebih besar.

Hubungannya dengan drama dan seni dan berakar pada permainan masa kanak-kanak memperlihatkan latihan keterampilan ini beberapa kegembiraan dan tantangan permainan, menambahkan motivasi untuk proses pembelajaran. Dan akhirnya, hubungannya dengan suatu teknik yang sanggup dipakai baik di bidang pendidikan dan terapi membuatnya sangat heuristik.

Sanjaya (2009: 161), menyatakan bahwa bemain tugas (role playing) yakni metode pembelajaran sebagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi insiden sejarah, pristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.

Langkah-langkah bemain tugas (role playing) dalam Uno (2011: 122) sebagai berikut:
Guru menyiapkan sekenario yang akan ditampilkan oleh siswa

Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM

Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 3-5 orang

Memberikan klarifikasi kompetensi yang ingin dicapai pada bahan drama

Memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melaksanakan skenario yang sudah dipersiapkan

Masing-masing siswa berkelompok sesuai kelompok yang telah dibagi untuk mengamati sekenario yang yang diperagakan

Setelah selesai dipentaskan, masing-masing diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas

Masing-masing kelompok memberikan hasil simpulannya

Guru memperlihatkan kesimpulan secara umum

Evaluasi

Penutup.

Kelebihan metode bemain tugas (role playing) dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan King (2011) yaitu:
  1. Dapat berkesan dengan besar lengan berkuasa dan tahan usang dalam ingatan siswa
  2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
  3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
  4. Dapat menghayati insiden yang berlangsung dengan mudah, dan sanggup memetik butir-butir pesan yang tersirat yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
  5. Dimungkinkan sanggup meningkatkan kemampuan profesional siswa
  6. Melibatkan seluruh siswa untuk berpartisipasi setiap mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama
  7. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh
  8. Permainan merupakan inovasi yang gampang dan sanggup dipakai dalam situasi dan waktu yang berbeda
  9. Guru sanggup mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melaksanakan permainan
  10. Permainan merupakan pengalaman berguru yang menyenangkan bagi anak;
  11. Melatih daya imajinasi siswa

Muthoharoh (2010), menyatakan bahwa kekurangan metode  bermain tugas (role playing) terletak pada :
  1. Bermain tugas memerlukan waktu yang relatif lama
  2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid
  3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemain drama merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu
  4. Apabila pelaksanaan bermain tugas mengalami kegagalan, bukan saja sanggup memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
  5. Tidak semua bahan pelajaran sanggup disajikan melalui metode bermain tugas (role playing)
  6. Pada pelajaran agama duduk kasus keimanan, sulit disajikan melalui metode bermain peran.

Jadi, metode bermain tugas (role playing) mempunyai kelebihan dan kekurangan. Secara umum kelebihan metode bermain tugas (role playing) yaitu sanggup memotivasi siswa alasannya yakni siswa diajak berguru sambil bermain dan semua siswa terlibat dalam permainan serta berguru memahami insiden yang terjadi dilingkungan siswa.

Kelemahan metode bermain tugas (role playing) memerlukan waktu yang relatif panjang, memerlukan kreativitas dan daya imajinasi yang tinggi guru maupun siswa dan tidak sanggup diterapkan disemua bahan pembelajaran.

 
Amri, Sofan. Dkk. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka

Blatner, Adam. 2002. Using Role Playing In Teaching Empathy. http://www.blatner.com/adam/pdntbk/rlplayedu.htm

King, alex. 2011. Kelebihan Bermain Peran (Role Playing) Dalam Pembelajaran. https://hlddownload.blogspot.com//search?q=21/kelebihan-dari-model-pembelajaran-role-playing-dalam-kegiatan-pembelajaran/,

Maier, Henry W. 2002. Role Playing: Structures and Education Objectives. The International Child And Youth Care Network. 1-7. Online. Avalaible at www.cyc-net.org/cyc-online/cycol-0102-roleplay

Mutoharoh,hafiz. 2010. Metode Sosiodrama Dan Bermain Peran (role playing) http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/16/metode-sosiodrama-dan-bermain-peranan-role-playing-method/, 

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Uno, Hamzah B..dkk. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara

Vasileiou, Vasilis N. and Fotini Paraskeva. 2010. Teaching role playing Instruction In second life: An exploratory study. Journal of Information, Information Technology, and Organization Volume,

Zaini, Hisam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insani Madani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Disiplin Dalam Pembelajaran

Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)

Model Pembelajaran Nht (Numbered Heads Together)