Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Model Pembelajaran Make A Match

Model pembelajaran mencari pasangan ( make a match ) yaitu teknik berguru yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini yaitu siswa mencari pasangan kartu soal dan kartu balasan sambil berguru mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat dipakai dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia (Isjoni 2010: 67). Menurut Suprijono (2009: 94) , hal-hal yang perlu dipersiapkan kalau pembelajaran dikembangkan dengan make a match yaitu kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari katu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi balasan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah dalam pelaksanaan make a match yakni sebagai berikut: Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan dan kartu lainnya berisi balasan dari pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya yaitu guru membagi komunitas kelas menjadi 6 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5-6 orang

Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)

Bermain peran merupakan salah satu metode yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan kekerabatan antar insan ( interpersonal relationship ), terutama yang menyangkut kehidupan siswa. Pengalaman berguru yang diperoleh dari metode bermain tugas ( role playing ) mencakup kemampuan kerja sama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian. Metode bermain tugas ( role playing ) juga sanggup dipakai untuk meningkatkan keaktifan siswa. Sesuai dengan klarifikasi Vasilieou dan Paraskeva (2010: 29) yang menjelaskan bahwa: Using role-playing techniques students participate actively in learning activities, as they express their feelings, ideas, and arguments, trying to convice others of their viewpoint, and, thus, they, create and develop self-efficacy beliefs. Also through the negotiation and interaction with their peers, they learn to compromise. Accept different perspectives, and gain tolerance to cultural divercity. Farthermore, role playing can be u

Model Pembelajaran Ctl (Contextual Teaching And Learning)

Pengertian Pembelajaran CTL ( Contextual Teaching and Learning) Menurut Rifa'i (2007:  247) , “pendekatan pembelajaran kontekstual ialah suatu pendekatan pembelajaran yang membantu siswa mengaitkan antara bahan yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan atau situasi dunia nyata mereka sehari-hari”. Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual ini, proses berguru mengajar akan lebih konkret, lebih relistis, dan lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan ciri utama dari pembelajaran kontekstual/CTL yaitu inovasi makna. Sedangkan berdasarkan Trianto (2008: 10) pendekatan CTL merupakan ”konsep berguru yang sanggup membantu guru mengaitkan antara bahan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga sanggup mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka”. Pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) berdasarkan Nurhadi (2002: 5) adalah: Konsep berguru yang membantu guru mengaitkan bahan dan mend

Metode Pembelajaran Eksperimen

Pengertian Metode Pembelajaran Eksperimen Daroni (2009: 71) mengemukakan bahwa metode eksperimen merupakan format interaksi mencar ilmu mengajar yang melibatkan budi induksi untuk menyimpulkan pengamatan terhadap proses dan hasil yang dilakukan. Eksperimen yang dilakukan dalam metode eksperimen ini sanggup dilakukan secara perseorangan ataupun kelompok. Menurut Schoenherr dalam Palendeng dalam Rohana (2011) metode eksperimen yaitu metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, alasannya metode eksperimen bisa memperlihatkan kondisi mencar ilmu yang sanggup membuatkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Peserta didik diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya sanggup diaplikasikan dalam kehidupannya. Selanjutnya, Kusumah (2009) menyatakan bahwa metode eksperimen yaitu suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana penerima didik melaksanakan acara percobaan dengan mengalami dan menunjukan sendiri suatu yang dipelajar

Model Pembelajaran Nht (Numbered Heads Together)

Pengertian Model Pembelajaran NHT Numbered Heads Together atau kepala bernomor yaitu jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk menghipnotis referensi interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto 2007: 62). Nurhadi dalam Junaidi (2010), menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan dengan melibatkan siswa dalam melihat kembali materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek atau mengusut pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.   Numbered Heads Together pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Model pembelajaran ini memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan tanggapan yang paling tepat.  Selain itu, model pembelajaran NHT ini mendorong siswa untuk meningkatkan samangat kerja mereka (Lie, 2004: 59). Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT Menurut Trianto (2007: 63) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yakni sebagai berik

Media Pembelajaran Puzzle

Pengertian Media Pembelajaran Puzzle Pembelajaran memakai media merupakan suatu bab yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran bermakna dan menyeluruh. Proses pembelajaran yang baik merupakan acara yang mengakibatkan siswanya sanggup memahami materi yang disampaikan. Langkah ini akan gampang terwujud apabila memakai media, salah satunya dengan permainan. Permainan menjadi bab dari media lantaran sifatnya yang sanggup membantu penyampaian pesan. Song and Zhang (2008) dalam Demirbilek (2010) menyatakan bahwa “Well designed educational games and supporting materials can be a powerfull learning medium for stimulating motivation and promoting learning”.   Permainan edukasi yang dirancang dengan baik dan bahan-bahan yang mendukung sanggup menjadi sebuah media pembelajaran yang sangat berpengaruh untuk merangsang motivasi dan mempromosikan pembelajaran. Salah satu permainan edukasi yang sanggup mendidik dan mengeksplorasi pikiran siswa yaitu puzzle. Puzzle merupakan bentuk p

Metode Pembelajaran Verbal Bebas

Terdapat beberapa definisi mengenai metode pembelajaran. Menurut T. Raka Joni 1993 ( Abimanyu 2008: 2.5 ), mengemukakan metode pembelajaran sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Sudrajat (2008) , metode pembelajaran sanggup diartikan sebagai cara yang dipakai untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan aktual dan mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang sanggup dipakai untuk mengimplementasikan taktik pembelajaran. Berdasarkan pengertian-pengertian metode di atas sanggup disimpulkan definisi dari metode pembelajaran yaitu cara yang dipakai dalam melaksananakan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya semoga tercapai tujuan yang diharapkan. Pengertian Metode Ekspresi Bebas Metode verbal bebas merupakan suatu metode yang  memberi keleluasaan berekspresi pada bawah umur untuk mengungkapkan pandangan gres atau perasaannya ke dalam bent

Karakteristik Akseptor Latih Sekolah Dasar

Hakikat Peserta Didik Sebutan “Peserta Didik” itu menggantikan sebutan “peserta didik” atau “murid” atau “pelajar” atau “student”.  Dalam UU No. 20 Tahun 2013 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, mendefinisikan penerima didik sebagai setiap insan yang berusaha membuatkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik formal maupun pendidikan non formal, pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Berdasarkan definisi penerima didik di atas, maka sanggup kita pahami bahwa esensinya ialah setiap individu yang berusaha membuatkan potensi pada jalur pendidikan formal dan non formal berdasarkan jenjang dan jenisnya. Sudarwan Danim (2013: 2) Menerangkan perihal hakekat penerima didik sebagai berikut: Peserta didik merupakan insan yang mempunyai diferensiasi potensi dasar kognitif atau intelektual, afektif dan psikomotor. Peserta didik merupakan insan yang mempunyai diferensiasi priodesasi perkembangan dan pertumbuhan, meski mempunyai potensi yang relatif sama. Pe

Model Pembelajaran Tgt (Teams Games Tournament)

Pengertian Model Pembelajaran TGT ( Teams Games Tournament )  Pembelajaran kooperatif model TGT yaitu salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang gampang diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan tugas siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur bermain yang bisa menggairahkan semangat mencar ilmu dan mengandung penguatan.  Aktivitas mencar ilmu dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran model kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa sanggup mencar ilmu dengan suasana yang menyenangkan disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,persaingan sehat dan keterlibatan siswa dalam belajar. Menurut Slavin (2010, 166:167) terdapat lima komponen utama dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu : (1) Presentasi kelas atau pengamatan langsung Presentasi kelas dipakai guru untuk memperkenalkan bahan pelajaran dengan pengajaran pribadi atau diskusi ataupun presentasi audiovisual. Guru membagi k

Model Pembelajaran Think Pair Share

Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share Menurut Trianto (2007: 61) think pair share atau berpikir berpasangan mengembangkan yakni merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mensugesti teladan interaksi siswa. Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends dalam Trianto (2007: 61) menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk menciptakan variasi suasana teladan diskusi kelas. Dengan perkiraan bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan mekanisme yang dipakai dalam think pair share sanggup memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Langkah-langkah think pair share   menurut Trianto (2007: 61) sebagai berikut : (1) Langkah 1 : Berpikir ( thinking ) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau problem yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa memakai waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri balasan atau masala

Pembelajaran Matematika Realistik (Rme)

Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik Realistic mathematics education (RME), yang diterjemahkan sebagai Pembelajaran Matematika Realistik (PMR), yakni sebuah pendekatan berguru matematika yang dikembangkan semenjak tahun 1971 oleh sekelompok andal matematika dari Freudenthal Institute, Utrecht University di Negeri Belanda (Aisyah dkk 2007:7-3) . Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan kawasan memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan kawasan siswa menemukan kembali wangsit dan konsep Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Masalah-masalah faktual dari kehidupan sehari-hari digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika untuk memperlihatkan bahwa matematika bekerjsama dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Benda-benda faktual yang dekat dengan kehidupan keseharian siswa dijadikan sebagai alat peraga dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika harus diarahkan pada penggunaan aneka macam situasi dan kesempatan yang mem

Media Pembelajaran Berbasis Ict

Pengertian Media Pembelajaran Berbasis ICT Media pembelajaran ICT yang merupakan abreviasi dari ( Information, communication, and technology ) sanggup dijabarkan sebagai berikut: Information: teks, grafik, gambar, audio, video, animasi yang bisa memperlihatkan makna bagi orang lain. Communication: korelasi satu dengan lainnya untuk saling bertukar data dan informasi. Technology: cara mensinergikan peralatan yang dipakai (hardware/software), supaya bisa dimanfaatkan maksimal. Menurutt Natarajan, (2006): Multimedia is any combination of text, graphics, art, sound, animation and video with links and tools that let the teacher/learner navigate, interact and communicate with the computer. (Natarajan, 2006) Multimedia ialah kombinasi dari teks, grafis, seni, animasi suara, dan video dengan link dan alat yang memungkinkan guru/pelajar navigasi, berinteraksi dan berkomunikasi dengan komputer. Arianto (2012) mengungkapkan bahwa Pembelajaran Berbasis ICT merupakan pembelajaran yang ber

Media Pembelajaran Audio Visual

Pengertian Media Pembelajaran Audio Visual Menurut Sanjaya (2011)  audio visual yaitu media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan  teknologi), mencakup media yang sanggup dilihat dan didengar. Media audio visual merupakan media mediator atau penggunaan materi dan penerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang sanggup menciptakan siswa bisa memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sementara menurut Basuki (2001: 67) Media audio visual yaitu media yang sanggup dilihat sekaligus sanggup didengar menyerupai film bersuara, video, televisi, dan sound slide. Dengan karakteristik yang lebih lengkap, media audio visual mempunyai kemampuan untuk sanggup mengatasi kekurangan dari media audio atau media visual saja. Media audio visual ini lebih realistis. Ditinjau  dari karakteristiknya, media audio visual intinya sanggup dibedakan menjadi dua, yaitu: Media audio visual diam, misalnya yaitu:

Pengertian Keterampilan Sosial

Pengertian Keterampilan Sosial Keterampilan sosial ialah istilah dari para mahir psikologi yang merujuk pada penguasaan keterampilan berperilaku tertentu pada anak sesuai tingkat perkembangannya. Keterampilan sosial berasal dari kata terampil dan sosial. Kata keterampilan berasal dari 'terampil' dipakai di sini alasannya ialah di dalamnya terkandung suatu proses belajar, dari tidak terampil menjadi terampil. Kata sosial dipakai alasannya ialah pembinaan ini bertujuan untuk mengajarkan satu kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian pembinaan ketrampilan sosial maksudnya ialah pembinaan yang bertujuan untuk mengajarkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain kepada individu-individu yang tidak trampil menjadi trampil berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, baik dalam hubungan formal maupun informal. Sejumlah  penelitian telah ditawarkan untuk mengatakan definisi secara umum wacana keterampilan sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Libert dan Lewins

Teori Kebutuhan Maslow (Hierarchy Of Needs)

Teori kepribadian Maslow dibuat menurut beberapa perkiraan dasar mengenai motivasi. Pertama, Maslow (1970) mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada insan ( holistic  approach to motivation ). Yaitu, keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu penggalan atau fungsi, termotivasi. Kedua , motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal ( motivation is usually complex ) yang berarti bahwa tingkah laris seseorang sanggup muncul dari beberapa motivasi yang terpisah. Contohnya, impian untuk berguru sanggup termotivasi tidak hanya oleh adanya perintah dari orang tua, tetapi juga kebutuhan akan nilai yang baik, prestasi dan pengukuhan kelompok. Selain itu, motivasi untuk melaksanakan sanggup disadari maupun  tidak disadari oleh orang yang melakukan. Contohnya, motivasi seorang mahasiswa untuk menerima nilai tinggi sanggup menutupi motivasi yang sebenarnya yaitu kebutuhan untuk mendominasi atau memperoleh kekuasaan. Asumsi ketiga yakni bahwa orang-orang berulang kali termot