Psikologi Pendidikan Dan Mengajar

           Psikologi Pendidikan dan Mengajar.  Ada banyak defenisi yang diutarakan para hebat terkait psikologi pendidikan, bahkan psikologi pendidikan berdasarkan sebagian hebat yaitu subdisiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri. Di antara salah spesialis yang menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan yaitu Arthur S. Reber (1988, seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New York City). Dalam pandangannya, psikologi pendidikan yaitu sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berkhasiat dalam hal-hal sebagai berikut: (1) Penerapan prinsip-prinsip berguru dalam kelas, (2) Pengembangan dan pembaharuan kurikulum, (3) Ujian dan penilaian talenta dan kemampuan, (4) Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, (5) Penyelenggaraan pendidikan keguruan.[1] Sedangkan defenisi psikologi pendidikan secara lebih sederhana dan praktis, sebagaimana dikemukakan oleh Barlow (1985) dalam Muhibbin Syah yaitu sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan kiprah sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif. Tekanan defenisi ini secara lahiriah hanya berkisar sekitar proses interaksi antar guru-siswa dalam kelas.[2]


 Psikologi Pendidikan dan Mengajar

           Psikologi Pendidikan dan Mengajar.   Muhibbin Syah menyampaikan bahwa sanggup dipastikan bahwa disiplin psikologi pendidikan intinya mencurahkan perhatiannya pada perbuatan atau tindak tanduk orang-orang yang berguru dan mengajar. Oleh karenanya, psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian. (1) Siswa, yaitu orang-orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan, strategi, faktor yang mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai., (2) Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar, termasuk metode, model, seni administrasi dan lain-lain yang berafiliasi dengan kegiatan penyajian materi pelajaran.
             Psikologi Pendidikan dan Mengajar: Psikologi pendidikan pada asasnya yaitu sebuah disiplin psikologi (atau boleh juga disebut subdisiplin psikologi)  yang menilik masalah-masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. lalu, hasil-hasil penyelidikan ini dirumuskan ke dalam bentuk konsep, teori, dan metode yang sanggup diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang berafiliasi dengan proses belajar-mengajar. Alhasil, psikologi pendidikan sanggup dipakai sebagai pedoman praktis, disamping sebagai kajian teoritis.[3]
            Menurut Abd. Rachman Abror, defenisi psikologi pendidikan yang dikemukakan oleh para hebat kiranya tidak nampak adanya perbedaan yang esensial. Satu sama lain mengandung titik kesamaan pandangan. Sehingga Ia menyimpulkan, psikologi pendidikan yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkahlaku insan yang berlangsung dalam proses belajar-mengajar.[4]
2.      Mengajar
           Psikologi Pendidikan dan Mengajar . Istilah mengajar intinya merupakan suatu perjuangan untuk membuat kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar yaitu sebagai kegiatan guru. Disamping itu, mengajar yaitu memberikan pengetahuan pada anak didik. Menurut pengertian ini berarti tujuan berguru dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian semacam ini sanggup membuat suatu kecendrungan anak menjadi pasif, lantaran hanya mendapatkan isu atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Guru memberikan pengetahuan, semoga anak didik mengetahui wacana pengetahuan yang disampaikan oleh guru.
            Psikologi Pendidikan dan Mengajar. Pengertian secara luas, mengajar diartikan sebagai suatu kegiatan mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya membuat kondisi yang aman untuk berlangsungnya kegiatan berguru bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Pengertian mengajar ibarat ini menunjukkan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu yaitu menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak melaksanakan kegiatan yaitu siswanya, dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah. Guru dalam hal ini yaitu membimbing. 

 Psikologi Pendidikan dan Mengajar.Dalam membimbing dan menyediakan kondisi yang kondusif, itu sudang barang tentu guru tidak sanggup mengabaikan faktor atau komponen-komponen yang lain dalam lingkungan proses belajar-mengajar, termasuk contohnya bagaimana dirinya sendiri, keadaan siswa, alat-alat peraga atau media, metode dan sumber-sumber berguru lainnya.   Konsep mengajar ini menunjukkan indikator bahwa pengajarannya lebih bersifat pupil centered. Raka Joni sebagaimana disebutkan oleh Sardiman A.M, menunjukkan batasan mengajar yaitu menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta mengarahkan kegiatan berguru anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai atau perilaku yang sanggup membawa perubahan https://www.youtube.com/watch?v=G9DNECLikHM tingkah laris maupun pertumbuhan sebagai pribadi.[5]
             Psikologi Pendidikan dan Mengajar.Demikian pula dikatakan bahwa mengajar yaitu perjuangan mengorganisasikan lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan para siswa sehingga terjadi proses belajar. Ini berarti bahwa kiprah guru hanyalah membuat lingkungan yang mendorong anak untuk belajar, sedangkan kegiatan belajarnya tiba dari dalam dirinya. Maka duduk masalah yang dihadapi oleh pengajaran yang berhasil baik, ialah bagaimana mengorganisasikan proses berguru untuk mencapai pengetahuan yang otentik. Jadi, dalam kekerabatan ini, guru ditempatkan sebagai seorang organisator. Guru sebagai seorang organisator, demikian lebih lanjut dikatakan,- ibarat halnya dengan setiap organisator lain terutama bekerja dengan manusia, serta kiprah dan tanggung jawabnya, ialah membuat aneka macam situasi, yang memungkinkan orang-orang itu sanggup bekerja dan mencapai hasil yang sebaik-baiknya.[6]
          Psikologi Pendidikan dan Mengajar.   Disamping itu juga, R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, menyampaikan bahwa dalam pengertian lebih luas, mengajar meliputi segala kegiatan membuat situasi semoga para siswa belajar. Pengertian berguru ini cukup luas, meliputi pula upaya guru mendorong siswa semoga belajar, menata ruang dan kawasan duduk siswa, mengelompokkan siswa, membuat aneka macam kegiatan kelompok, menunjukkan aneka macam bentuk tugas, membantu siswa-siswa yang lambat, menunjukkan pengayaan kepada siswa yang pandai, dan lain-lain. Kegiatan belajar-mengajar, memang merupakan dua hal yang tidak sanggup dipisahkan, alasannya siswa melaksanakan kegiatan berguru lantaran guru mengajar, atau guru mengajar semoga siswa belajar.[7]
            Biggs (1991), seorang pakar psikologi, membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian, yaitu sebagai berikut:
1)       .Pengertian kuantitatif, dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yaitu penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan memberikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa, bukan tanggung jawab pengajar.
2)      Pengertian institusional yaitu mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk siap mengadaptasikan aneka macam teknik mengajar terhadap siswa yang mempunyai aneka macam macam tipe berguru serta berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.
3)      Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan berguru siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.[8]
 Psikologi Pendidikan dan Mengajar. M. Arifin, sebagaimana dikemukakan oleh Ramayulis merumuskan pengertian mengajar yaitu sebagai suatu kegiatan penyampaian materi pelajaran kepada pelajar semoga sanggup menerima, menanggapi, menguasai, dan menyebarkan materi pelajaran itu. Mengajar mengandung tujuan semoga pelajar sanggup memperoleh pengetahuan yang kemudian sanggup menyebarkan dengan pengembangan pengetahuan itu pelajar mengalami perubahan tingkah laku. Bahan pelajaran yang disampaikan berproses melalui metode tertentu, sehingga dengan metode yang dipakai tujuan pengajaran sanggup tercapai.[9]
 Demikian Postingan ini  Psikologi Pendidikan dan Mengajar
semoga bermanfaat.


[1] Muhibbin Syah, PSIKOLOGI PENDIDIKAN dengan PENDEKATAN BARU, Edisi Revisi, Cet. V, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 12.  
[2] Muhibbin Syah, PSIKOLOGI PENDIDIKAN dengan PENDEKATAN BARU, Edisi Revisi, Cet. V, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 12.
[3] Muhibbin Syah, PSIKOLOGI PENDIDIKAN dengan PENDEKATAN BARU, Edisi Revisi, Cet. V, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 13-15.

[4] Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Cet. IV, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993), hal. 10.
[5] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Ed.1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 47-54..
[6] Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Cet. IV, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993), hal. 136.
[7] R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, Cet. II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 42.s
[9] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet.III, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 29.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

History Of Psychology Of Religion

Media Pembelajaran Berbasis Ict

Model Pembelajaran Think Pair Share