Penerapan Disiplin Dalam Pembelajaran


Disiplin sangat perlu diterapkan di sekolah, namun demikian mulianya tujuan penegakan disiplin seringkali tidak menerima respon  yang nyata dari siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
a.       Kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang diktatorial yang menimbulkan sikap siswa yang bernafsu ingin berontak akhir kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi.
b.      Kurang diperhatikannya kelompok minoritas.
c.       Siswa kurang dilibatkan dan diikutsertakan dalam tanggung  sekolah.




d.      Latar belakang kehidupan keluarga.
e.       Sekolah kurang mengadakan kolaborasi dan saling melepaskan tanggung jawab.
Diantara penyebab pelanggaran yang  sering terjadi adalah karena:
a.       Kebosanan siswa dalam kelas, karena yang dikerjakan siswa monoton tidak ada variasi dalam proses pembelajaran.
b.      Kurang menerima perhatian dan apresiasi yang masuk akal bagi yang berhasil.[1]
Siswa yang mempunyai disiplin yang tinggi akan berguru dengan baik, teratur sehingga akan menghasilkan prestasi yang baik. Faktor-faktor berguru turut besar lengan berkuasa terhadap tingkat disiplin individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin berguru yaitu sebagai berikut:
a.       Faktor ekstrinsik
1)      Faktor non-sosial, menyerupai keadaan udara, suhu udara, waktu, daerah dan alat-alat yang digunakan untuk belajar.
2)      Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
b.       Faktor instrinsik
1)      Faktor psikologis, menyerupai minat belajar, bakat siswa, motivasi dalam belajar, konsentrasi saat belajar, dan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh siswa .
2)      Faktor fisiologis, menyerupai pendengaran, penglihatan, kesejukan jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur, dan sakit yang diderita oleh siswa dalam proses belajar.[2]

Perilaku  siswa  terbentuk  dan  dipengaruhi  oleh  berbagai  faktor, antara  lain faktor lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Tidak dapat  dipungkiri  bahwa sekolah merupakan salah satu faktor secara umum dikuasai dalam membentuk dan mempengaruhi sikap siswa lantaran sekolah merupakan daerah pendidikan. Di sekolah seorang siswa  berinteraksi  dengan  para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan  perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa  dapat meresap dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang kala melebihi dampak dari orang tuanya di rumah. Sikap dan sikap yang ditampilkan guru  tersebut  pada  dasarnya  merupakan  bagian dari  upaya  pendisiplinan siswa di sekolah.
Guru sebagai pendidik mempunyai peranan penting dalam berbagi disiplin siswa. Tanggung jawab guru bukan hanya membantu  siswa menguasai isu dan keterampilan baru, namun gotong royong guru mempunyai tanggung jawab yang lebih dari itu. Dalam hal pengembangan disiplin,  guru  membimbing  siswa  agar  memiliki pemahaman  tentang  peraturan  atau  norma-norma  dan  dapat  berperilaku sesuai  dengan  peraturan  atau  norma  tersebut. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian guru adalah:
a.       Guru hendaknya menjadi model bagi siswa
Guru hendaknya berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai moral, sehingga  ia  menjadi  contoh bagi  siswa  dalam  menterjemahkan  nilai-nilai  tersebut  dalam  perilakunya.  Guru  sebagai  model,  berarti  dia telah  menerjemahkan  nilai-nilai  tersebut  pada  dirinya,  seperti  berlaku jujur,  berdisiplin  diri  dalam  melaksanakan  tugas,  rajin  belajar,  dan bersikap optimis dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup.
b.      Guru hendaknya memahami dan menghargai pribadi siswa
c.       Guru  hendaknya  memahami  bahwa  setiap  siswa  itu  memiliki kelebihan dan kekurangannya.
d.      Guru mau menghargai pendapat siswa.
e.       Guru hendaknya tidak mendominasi siswa.
f.       Guru hendaknya tidak mencemooh siswa.
g.      Guru  memberikan  pujian  kepada  siswa  yang  berperilaku  atau berprestasi baik.
h.      Guru memperlihatkan bimbingan kepada siswa. 
i.        Mengembangkan  iklim  kelas  yang  bebas  dari  ketegangan  dan yang bernuansa membantu perkembangan siswa.
j.        Memberikan isu perihal cara-cara berbagi disiplin.
k.      Mengadakan  dialog  dengan  siswa  tentang  tujuan  dan  manfaat peraturan yang ditetapkan sekolah.
l.        Membantu siswa untuk berbagi kebiasaan yang baik.
m.    Membantu berbagi sikap nyata siswa terhadap disiplin.
n.      Membantu siswa yang mengalami masalah.
o.      Memberikan  informasi  tentang  nilai-nilai  yang  berlaku,  dan agar perilaku sesuai dengn niali-nilai tersebut.[3].

Sikap siswa kurang disiplin di sekolah dipengaruhi dari banyak sekali faktor. Hal ini lantaran siswa berasal dari banyak sekali latar belakang kehidupan sosial ekonomi maupun derajat pendidikan orang tuanya. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:
a.       Sekolah kurang menerapkan disiplin. Sekolah yang kurang menerapkan disiplin, maka siswa  biasanya kurang bertanggung jawab lantaran siswa  menganggap tidak melakukan kiprah pun  di sekolah tidak dikenakan sanksi, tidak dimarahi guru.
b.      Teman bergaul. Anak yang bergaul dengan anak yang kurang baik perilakunya akan besar lengan berkuasa terhadap anak yang diajaknya berintraksi sehari-hari.
c.       Cara hidup di lingkungan anak tinggal.  Anak yang tinggal di lingkungan hidupnya kurang baik, maka anak akan cendrung bersikap dan berperilaku kurang baik pula.
d.      Sikap orang tua. Anak yang dimanjakan oleh orang tuanya akan cendrung kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan dan kesulitan kesulitan, begutu pula seballiknya anak yang sikap orang tuanya otoriter, maka anak akan menjadi penakut dan tidak berani mengambil keputusan dalam bertindak.
e.       Keluarga yang tidak harmonis. Anak yang tumbuh dikeluarga yang kurang serasi (home broken) biasanya akan selalu mengganggu sobat dan sikapnya kurang disiplin.
f.       Latar belakang kebiasan dan budaya. Budaya dan tingkat pendidikan orang tuanya akan besar lengan berkuasa terhadap sikap dan sikap anak. Anak yang hidup dikeluarga yang baik dan tingkat pendidikan orang tuanya anggun maka anak akan cenderung berperilaku yang baik pula.[4]

Berdasarkan uraian tersebut maka sikap disiplin dan tanggung jawab siswa sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Bukan semat-mata dipengaruhi oleh faktor internal. Pada dasarnya perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan yang didiami oleh seseorang, baik segi sosial maupun ekonomi, dan terutama sekali bidang pendidikan. Beliau berkesimpulan bahwa tiap individu lahir sebagai kertas putih  dan lingkungan tersebutlah yang akan menulis kertas putih tersebut. Dengan demikian sanggup dikatakan bahwa proses pendidikan akan berlangsung dengan cara menggandakan atau mengikuti pola tingkah laris seorang tokoh.           Dalam hal ini, gurulah yang menjadi tokoh bagi anak di sekolah di samping pula orang bau tanah di rumah. Hal-hal yang perlu diketahui guru dalam menerapkan sikap disiplin dan tanggung jawab pada siswa. Dalam menerapkan hukuman terhadap tindakan melanggar disiplin dan tanggung jawab pada siswa, perlu diperhatikan isu perihal diri siswa itu sendiri. Tanpa mengetahui isu tersebut guru akan kesulitan dalam menerapkan bimbingan menuju kearah perubahan sikap yang positif. Hal-hal yang harus diketahui guru perihal diri anak adalah:
a.       Keterangan pribadi anak, nama orang tua/wali dan tanggal masuk.
b.       Kepandaian: angka rapor, hasil-hasil tes tingkat kelas.
c.       Kesehatan: penyakit-penyakit, cacat tubuh dan kebiasaan hidup, serta perkembangan berat badan, tinggi tubuh dan sebagainya.
d.       Keadaan rumah, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama orang tua.

e.       Riwayat sekolah: kerajinan, kemangkiran, hukuman, hadiah dan pujian.
f.        Kesanggupan siswa, keistimewaannya dan  hobi.
g.       Sifat-sifat pribadi (watak), suka bergaul, pendiam, jujur dan sebagainya
h.       Cita-cita untuk kemudian hari.[5]
Sejalan dengan pendapat ini bahwa tanpa mengenal pribadi siswa secara bersahabat maka proses pendidikan akan sulit dilakukan, lantaran siswa mempunyai banyak sekali latar belakang, tabiat atau huruf seperti yang tersebut diatas. Semakin mengetahui pribadi siswa maka penerapan tindakan disiplin dan memperlihatkan kiprah serta tanggung jawab semakin mudah. Pada hasilnya sanggup membantu kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah dengan lantaran adanya penerapan kedisiplinan.


[1]Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 50.

[2]Muhammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, Cet.1V, (Bandung: Ilmu Baru, 2005), h. 41.
[3]Budi Raharjo, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Clemes Harris, 2003), h. 88.

[4]Muhammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, Cet.1V, (Bandung: Ilmu Baru, 2005), h. 42.
[5]Bunda Lucy, Mendidik Sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, (Jakarta: Tangga Pustaka, 2009), h.12

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)

Model Pembelajaran Nht (Numbered Heads Together)