Model Pembelajaran Jigsaw

Menurut Trianto (2009: 73), “jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan lalu diubahsuaikan oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins”.

Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Model ini sanggup dipakai dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam model ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini supaya materi pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana bahu-membahu dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah info dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Arends (1997) dalam Emildadiany (2008), pembelajaran model jigsaw yakni suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan penggalan materi berguru dan bisa mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap menawarkan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.

Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994 dalam Emildadiany (2008).
“Kunci keberhasilan model jigsaw yakni kesalingtergantungan: setiap siswa tergantung pada teman-teman dalam tim untuk menawarkan info yang diharapkan untuk mendapatkan evaluasi yang baik atas pekerjaan mereka” (Asma 2006: 72).
Setiap anggota berguru bekerja sama, saling membantu satu sama lain menawarkan info yang diharapkan dan mendapatkan pendapat untuk membuat kelompok kerja yang efektif dan menawarkan hasil kelompok yang memuaskan.

Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan model jigsaw berdasarkan Trianto (2009: 73), yaitu:

Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).

Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, bila materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari perihal ginjal, siswa lain dari kelompok satunya mempelajari perihal paru-paru, begitu pun siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati.

Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub penggalan yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok mahir untuk mendiskusikannya.

Setiap anggota kelompok mahir sehabis kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

Asma, N. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas Dikti.

Emildadiany, N. 2008. Cooperative Learning Teknik Jigsaw. Online  http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/ [diakses 28/12/11]

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karakteristik Ptk (Penelitian Tindakan Kelas)

Media Pembelajaran Berbasis Ict