Metode Inquiri Dalam Pembelajaran


Penerapan Metode Inquiri dalam Pembelajaran Fiqh
            Penerapan metode inquiri dalam pembelajaran sangat berkaitan dengan pengelolaan proses berguru mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di dalam kelas, Guru yakni pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para penerima didik, dan lingkungannya. Oleh lantaran itu, guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang meliputi tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.ingin tau lebih lanjut pengertian dan pemaknaan inquiri baca di posting seblumnya di https://hlddownload.blogspot.com//search?q=penerapan-inquiri-dalam-pembelajaran
Disiplin yang dimaksud bahwa guru harus mematuhi aneka macam peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran professional, lantaran mereka bertugas untuk mendisiplinkan siswa di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari diri sendiri dalam aneka macam tindakan dan tingkah lakunya.[1] Pembiasaan disiplin di sekolah akan mempunyai efek positif  bagi  kehidupan siswa dimasa yang akan datang.
            Berkaitan dengan pembelajaran dikelas, guru dituntut harus bisa mengelola kelas dengan baik, dimana pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk membuat iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jikalau terjadi ganguan dalam pembelajaran. Maka ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas, (1) kehangatan dan keantusiasian, (2), tantangan. (3) bervariasi, (4) luwes, (5) pemfokusan pada hal-hal positif, (6) penanaman disiplin diri.
            Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian bahan pelajaran, tetapi juga bertugas merencanakan, malaksanakan dan menilai aktivitas akademik sekaligus dalam aktivitas mengajara. Sebagai seorang karyawan pendidik guru harus mentaati ketentuan birokrasi, guru tak sanggup mengelak dalam melaksanakannya, ia harus tunduk pada norma dan aturan kepegawaian yang berlaku. Ia menjadi karyawan yang harus mematuhi dan mentaati segala aturan kepegawaian yang berlaku, maka dalam pelaksanaannya guru sangat dituntut untuk disiplin. Guru harus bisa mengambil keputusan secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri terutama dlam aneka macam hal yang berkaitan dengan pembelajaran, pementukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi penerima didik.[2] Pembelajaran fiqh sanggup dilakukan guru dengan memakai aneka macam metode, sistem PAKEM sanggup diterapkan oleh guru dalam mengajarkan meteri-materi fiqh, di dalam pentransperan ilmu melalui sistem ini memudahkan bagi guru untuk memberiukan motivasi bagi penerima didik.[3] Penggunaan metode inquiri merupakan kepingan dari sistem pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan, dimana penggunaan metode pembelajaran sangat perlu lantaran untuk mempermudah proses pembelajaran sehinggga mencapai hasil yang optimal. dalam metode inquiri mempunyai karakteristik sendiri, baca di https://hlddownload.blogspot.com//search?q=penerapan-inquiri-dalam-pembelajaran
            Model pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru model sanggup dijadikan pedoman dan pola bertindak sistematis dalam pelaksanaan model pembelajaran sanggup mempermudah proses pembelajaran (mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelajaran), lantaran setiap model pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses berguru siswa.
            Fiqh sebagai ilmu yang mempelajari hukum-hukum shari’ah yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf, memerlukan aneka macam pendekatan dalam  pembelajaran di kelas. Karena titik tekan pembahasan fiqih yakni perbuatan – perbuatan  mukallaf. Dengan kata lain sasaran dari fiqih yakni insan dan masyarakatnya. Keterkaitan fiqih dengan konteks kehidupan yang faktual dan dinamis sanggup kita baca dikala kita menelusuri cara-cara interprestasi yang menghubungkan suatu aturan dengan latar belakang konstektual lingkungan, dengan mempertimbangkan asbab nuzul al-ayah dan asbab wurud al-hadith.
            Demikian juga bila kita menelusuri cara-cara pemecahan dilema yang diterapkan oleh para fuqaha’ dengan adanya pemecahan li al-darurah dan li al-hajah. Hingga pada tingkatan maslahah daruriyah, hajiyah dan tahsiniyah. Ini berarti bahwa kondisi-kondisi konstektual mulai dari yang terburuk hingga pada yang terbaik, menjadi pertimbangan dalam ketentuan aturan fiqih.
            Apabila keterkaitan fiqih dengan konteks kehidupan faktual dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran, salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan berguru apa adanya, ibarat dalam kehidupan sehari-hari yakni pendekatan humanistik. Menurut teori pendekatan ini, berguru bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh aspek doamain yang ada, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.
            Uuntuk mengoptimalkan pendekatan humanistik, dibutuhkan pendekatan pembelajaran lain yang menyediakan aneka macam pengalaman berguru pada siswa, sehingga memungkinkan mereka untuk mengembangkan aneka macam potensi kecerdasan yang mereka miliki. Pendekatan pembelajaran tersebut yakni pendekatan multiple intelligences yang ditemukan oleh Howard Gardner. Salah satu dari kecerdasan bermacam-macam yang dikemukakan oleh Gardner yakni kecerdasan interpersonal. Pembelajaran fiqih dengan pendekatan interpersonal merupakan suatu metode pembelajaran yang menekankan penguasaan aspek afektif dan psikomotorik siswa dan kecerdasan interpersonal sangat memmunkinkan untuk dikaitkan dengan metode pembelajaran inquiri, dimana psikomotorik sangat berperan dalam penggunaan metode inquiri terutama dalam pembelajaran fiqh.
            Tujuan utama dari penggunaan metode inquiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir, terutama dalam mencari lantaran jawaban dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid-murid dalam cara-cara mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah bila akan memecahkan suatu dilema yaitu dengan menunjukkan kepada murid pengetahuan kecakapan mudah yang bernilai/ bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari dan sasaran utama kegiatan pembelajaran inquiri adalah:
1.      keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses aktivitas berguru
2.      keterarahan aktivitas secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran
3.       mengembangkan perilaku percaya pada diri siswa ihwal apa yang ditemukan dalam proses inquiri.[4]

            Berdasarkan tujuan metode Inquiri diatas sanggup diketahui bahwa pada metode Inquiri siswa harus terlibat pribadi pada proses belajara mengajar yaitu menghilangkan tradisi siswa sebagai pendengar.
Ada tiga macam metode inkuiri sebagai berikut: [5]
1.        Inkuiri terpimpin (guide inquiry), penerima didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya dipakai terutama bagi penerima didik yang belum berpengalaman, guru menunjukkan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencaan dibentuk guru dan penerima didik
tidak merumuskan permasalahan.
2.        Inkuiri bebas (free inquiry), pada metode ini penerima didik melaksanakan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Peserta didik harus sanggup mengidentifikasikan dan merumuskan aneka macam topik permasalahan yang hendak diselidiki.
3.      Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) pada metode ini guru menunjukkan permasalahan atau problem dan kemudian penerima didik.

Penggunaan metode inquri dalam pembelajaran fiqh untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah ( MTs) akan menjadi efektif dengan memakai inquiri terpinpim, dimana siswa dalam melaksanakan aktivitas berguru melalui metode ini diarahkan dan dibimbing oleh guru mata pelajaran sesuai dengan bahan dan sasaran pencapaian pembelajaran pada setiap pokok pembahasan. Guru sanggup memakai metode inquri dalam pembelajaran fiqh dengan langkah-langkah  sebagai beriku:[6]
1.      Mengorientasikan siswa pada dilema

Pada tahan ini, guru mengajukan dilema dan memintah siswa untuk Mempelajarinya. Guru menunjukkan klarifikasi cara-cara yang dipakai Untuk menyelasaikan dilema tersebut. Guru juga menegaskan bahwa siswa Dalam penyelidikannya diharapkan untuk mengajukan pertanyaan dan mengumpulkan gosip sebanyak-banyaknya. Siswa berusah menuntaskan dilema dengan anggota kelompoknya pada lembar kerja sisw sedangkan guru sebagai fasilitator.
2.      Mengorganisasi siswa untuk belajar

Pada aktivitas ini, guru membagi siswa kedalam kelompokkelompok kecil secara variasi baik dalam tingkat kemampuan maupun jenis kelamin. Guru meminta siswa untuk membuatkan kiprah dalam kelompoknya sehingga semua anggota kelompok aktif dalam aktivitas penyelidikan dan pengumpulan data. Dengan bekerja sama dalam kelompok, diharapkan siswa dapat  menyelasaikan dilema yang diberikan oleh guru.
3.      Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Pada aktivitas ini, guru membimbing dan mendorong siswa untuk mengumpulkan gosip yang sesuai dengan dilema yang diberikan. Tujuan dari aktivitas ini semoga siswa sanggup membangun inspirasi mereka sendiri. Setelah siswa mengumpulkan data dengan mengadakan eksperimen. Guru mendorong siswa untuk menjelaskan mengapa mereka berpikir kearah itu. Selama dalam fase ini guru biasa mengajukan pertanyaan dan menunjukkan pinjaman yang dibutuhkan siswa hingga pada pemecahan dilema yang diberikan. Guru mendorong siswa untuk diskusi antar sobat dalam kelompoknya.
4.      Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada aktivitas ini, guru membimbing dan mengamati siswa dalam menyimpulkan hasil pemecahan dilema yang diberikan. Guru meminta siswa dari salah satu kelompok untuk menyajikan hasil pemecahan dilema dan membimbing bila menemui kesulitan. Kemudian dilakukan juga untuk kelompok yang lain, aktivitas ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan siswa terhadap bahan yang diberikan.
5.      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada aktivitas ini, guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan dilema yang mereka selesaikan dan mendorong siswa untuk mengkaji ulang aktivitas mulai fase hingga 4.


[1]E. Mulyasa,  Menjadi Guru Profesional membuat pembelajarn kreatif dan menyenangkan,( Bnadung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 37
[2] Dadang Suhardan, Supervisi Profesional,(Bandung: Alfabeta, 2010), hal.78
[3] Sunarto, PAKEMATIK, Strstegi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK, ( Bandung: Media Komputindo, 2007),hal.30
[4] Durrul Isnaini, Penggunaan Metode Latihan Inquiry Dalam Pembelajaran IPS (http:www.google.co.id, diakses 26 Desember 2012)
[5] Hanafiah . Konsep Strategi Pembelajaran.( Bandung: Refika Aditama, 2009), hal.118
[6] Agus Suprijono, Cooperative  Learning Teori Aplikasi Paikem, (Pustaka Pelajar: 2009), hal.. 74

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Disiplin Dalam Pembelajaran

Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)

Model Pembelajaran Nht (Numbered Heads Together)