Motivasi Dalam Belajar


Motivasi belajar
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. “Motivasi sangat diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan insan lantaran motivasi merupakan hal yang sanggup menyebabkan, menyalurkan dan mendukung sikap insan supaya mau  bekerja ulet dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal” (Malayu S.P Hasibuan, 2001:141)
Motivasi sanggup diartikan sebagai suatu perjuangan supaya seseorang sanggup menuntaskan pekerjaannya dengan semangat lantaran ada tujuan yang ingin dicapai (Terry G.R. 2003:130) . Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya faktor menyerupai kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Motivasi ialah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mc. Donald dalam Oemar Hamalik, 2003 : 106).
Motivasi ialah perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu kegiatan nyata berupa kegiatan fisik, lantaran seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang besar lengan berkuasa untuk mencapainya dengan segala upaya yang sanggup beliau lakukan untuk mencapainya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000 : 114).
Seseorang dikatakan berhasil dalam berguru apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, alasannya ialah tanpa mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka kegiatan berguru mengajar sulit untuk mencapai keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi.
Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya lantaran yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini sangat penting lantaran sanggup menggerakkan sikap siswa kearah yang positif sehingga bisa menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko dalam belajar.
Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat dekat hubungannya dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan berguru siswa yang  bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi berguru dalam diri siswa, maka akan timbul rasa malas untuk berguru baik dalam mengikuti proses berguru mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam berguru maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan kebiasaan  belajar yang sehat melalui penyusunan jadwal berguru dan melaksanakannya dengan tekun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berguru (Max Darsono dkk 2000:34) antara lain:, yaitu:
1.     cita-cita,  
Cita-cita ialah sesuatu sasaran yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Munculnya harapan seseorang disertai dengan perkembangan akar, budbahasa kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang juga mengakibatkan adanya perkembangan kepribadian.                                                                        
2.     kemampuan belajar, 
Setiap siswa mempunyai kemampuan berguru yang berbeda. Hal ini diukur melalui taraf perkembangan berpikir siswa, dimana siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang hingga pada taraf perkembangan berpikir rasional. Siswa yang merasa dirinya mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat untuk mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang merasa tidak bisa akan merasa malas.
3.     kondisi siswa, 
Kondisi siswa sanggup diketahui dari kondisi fisik dan kondisi psikologis, lantaran siswa ialah makluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi fisik siswa lebih cepat diketahui daripad kondisi psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih terang menawarkan gejalanya daripada kondisi psikologis.

4.      kondisi lingkungan,
Kondisi lingkungan merupakan unsur yang tiba dari luar diri siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana  perlu ditata dan dikelola supaya sanggup menyenangkan dan menciptakan siswa merasa nyaman  untuk belajar. Kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian, contohnya kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai, diakui yang harus dipenuhi supaya motivasi berguru timbul dan sanggup dipertahankan.  
5.     unsur-unsur dinamis dalam belajar.
Unsur-unsur dinamis ialah unsur-unsur yang keberadaannya didalam proses berguru tidak stabil, adakala kuat, adakala lemah dan bahkan hilang sama sekali contohnya gairah belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa mempunyai perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan selama proses belajar, adakala besar lengan berkuasa atau lemah.
6.     upaya guru membelajarkan siswa,
Upaya guru membelajarkan siswa ialah perjuangan guru dalam mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi hasil berguru siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk berguru sehingga motivasi berguru siswa menjadi melemah atau hilang (Max Darsono, 2000:65 ; Dimyati dan Mudjiono, 1994:90-92).
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam berguru siswa, lantaran motivasi akan memilih intensitas perjuangan berguru yang dilakukan oleh siswa. Hawley (Yusuf, 2003 : 14) menyatakan bahwa para siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dengan para siswa yang mempunyai motivasi rendah. Hal ini berarti siswa yang mempunyai motivasi berguru tinggi akan tekun dalam berguru dan terus berguru secara kontinyu tanpa mengenal frustasi serta sanggup mengesampingkan hal-hal yang sanggup mengganggu kegiatan belajar. Menurut Sardiman (2004:83) fungsi motivasi ialah :
1)   mendorong insan untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggagas dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan,
2)   menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi sanggup memberi arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya,
3)   menyeleksi perbuatan, yaitu memilih perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang harmonis guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dari pendapat di atas sangat jelas  bahwa motivasi sangat penting dalam proses berguru mengajar, lantaran motivasi sanggup mendorong siswa untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu yang bekerjasama dengan kegiatan berguru mengajar. Dalam proses berguru mengajar tersebut diharapkan suatu upaya yang sanggup meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa yang bersangkutan sanggup mencapai hasil berguru yang optimal.
Jenis- jenis motivasi belajar, berdasarkan Sardiman AM (2001: 88-90)  motivasi dibagi menjadi dua tipe atau kelompok yaitu intrinsic dan ekstrinsik:
1)   motivasi intrinsik,
Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang  dari luar, lantaran dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Contohnya seseorang yang bahagia membaca tidak usah disuruh  atau mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk dibacanya.
2)   motivasi ekstrinsik,
Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya lantaran adanya perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu belajar, lantaran tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapat nilai baik, atau supaya mendapat hadiah. Makara kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara pribadi bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
Pentingnya motivasi bagi siswa berdasarkan Diimyati dan Mudjiono, (1994: 79) adalah  :
a.       menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil final belajar,
b.      menginformasikan wacana perjuangan belajar, bila dibanding dengan sobat sebaya sebagai ilustrasi, terbukti kegiatan usahanya belum memadai, maka ia berusaha setekun mungkin supaya berhasil,
c.       mengarahkan kegiatan belajar, mengetahui bahwa dirinya belum berguru secara efektif, maka ia mengubah sikap belajarnya,
d.      membesarkan semangat belajar,
e.       menyadarkan wacana adanya perjalanan berguru dan kemudian bekerja.
Gejala kurang motivasi berguru akan dimanifestasikan, baik secara pribadi maupun tidak pribadi dalam tingkah laku. Beberapa ciri tingkah laris yang bekerjasama dengan rendahnya motivasi berguru :
1.      malas melaksanakan kiprah kegiatan belajar, menyerupai malas mengerjakan PR, malas dalam membaca, dan lain-lain,
2.      bersikap hirau tak acuh, menentang dan sebagainya,
3.      menunjukkan hasil berguru yang rendah  dibawah nilai rata-rata yang dicapai kelompoknya atau kelas,
4.      menunjukkkan tingkah laris sering membolos, tidak mengerjakan kiprah yang diberikan dan sebagainya,
5.      menunjukkan tanda-tanda emosional yang tidak masuk akal menyerupai pemarah, gampang tersinggung.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 117) yang tergolong bentuk motivasi berguru ekstrinsik antara lain:
a)      belajar demi memenuhi kewajiban,
b)      belajar demi menghindari eksekusi yang diancam,
c)      belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan,
d)     belajar demi meningkatkan gengsi sosial,
e)      belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang,
f)       belajar demi memperoleh kebanggaan dari orang yang penting.
Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ialah bentuk motivasi yang di dalam kegiatan berguru dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan secara mutlak berkaitan dengan kegiatan belajar. Yang tergolong dalam motivasi intrinsik adalah:
1.      belajar lantaran ingin mengetahui seluk-beluk problem selengkap-lengkapnya,
2.      belajar lantaran ingin menjadi orang terdidik atau menjadi jago bidang studi pada penghayatan kebutuhan dan siswa berdaya upaya melui kegiatan berguru untuk memenuhi kebutuhan ini hanya sanggup dipenuhi dengan berguru giat.
Motivasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi berguru merupakan motor penggagas yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri (Winkel, 2004 : 186). Motivasi yang besar lengan berkuasa akan menciptakan siswa sanggup bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, dan motivasi itu muncul lantaran dorongan adanya kebutuhan. Teori kebutuhan Maslow menjelaskan bahwa Dorongan seseorang untuk berguru sebagai berikut:
a.       kebutuhan fisiologis, menyerupai lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya,
b.      kebutuhan akan keamanan, yakni rasa kondusif bebas dari rasa takut dan kecemasan,
c.       kebutuhan akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok),
d.      kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni menyebarkan talenta dengan perjuangan mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.
Dari banyak sekali macam kebutuhan tersebut, ada cara untuk merangsang motivasi berguru siswa yang merupakan dorongan intrinsik. Menurut Sardiman (2001:90) beberapa cara menumbuhkan motivasi berguru di sekolah ialah dengan:
1)      memberikan angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
2)      hadiah
3)      persaingan / kompetisi baik individu maupun kelompok.
4)      ego-invoicement, sebagai tantangan untuk mempertaruhkan harga diri.
5)      memberi ulangan
6)      mengetahui hasil
7)      pujian
8)      hukuman
9)      hasrat untuk belajar
10)  minat
11)  tujuan yang diakui

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Disiplin Dalam Pembelajaran

Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)

Model Pembelajaran Nht (Numbered Heads Together)