Peningkatan Prestasi Dalam Pembelajaran Sains


Peningkatan Prestasi dalam  Pembelajaran Sains 

Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu ihwal alam secara sistematik, sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses  penemuan. Pendidikan Sains di Madarasah diharapkan sanggup menjadi wahana bagi siswa  sekolah dasar untuk mempelajari dirinya sendiri dan kaitannya dengan alam sekitar.
PendidikanSains menekankan pada tunjangan pengalaman secara langsung, oleh lantaran itu siswa perlu dibantu untuk berbagi sejumlah ketrampilan proses supaya mereka bisa menjelajahi dan mamahami alam sekitar. 
Ketrampilan proses itu meliputi ketrampilan mengamati dengan seluruh alat indra, ketrampilan memakai alat dan materi secara benar dan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan menafsirkan data dan mengkomunikasikan temuannya, menggali dan menentukan gosip faktual yang relevan untuk menguju gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.[1] 
Kelemahan pembelajaran Sains selama ini antara lain yaitu bahwa pembelajaran Sains lebih menekankan pada pengusaan sejumlah konsep, kurang menekankan pada penguasaan hasil berguru yang seharusnya. Pembelajaran Sains menyediakan pengalaman berguru bagi siswa yang meliputi baik materi maupun proses Sains sehingga ada keseimbangan antara kemampuan konseptual dan prosedural. Pada prinsipnya mempelajari Sains yaitu sebagai cara mencari tahu dan cara melaksanakan yang sanggup membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam.

Peningkatan Prestasi dalam  Pembelajaran Sains 

Dalam aktivitas pembelajaran Sains lebih diarahkan pada learning (belajar)  dari pada teaching (mengajar). Kondisi ini menempatkan posisi guru di sekolah sebagai fasilitator maupun pembimbing sehingga proses pembelajaran sanggup berlangsung dengan siswa yang lebih aktif. Guru diharapkan membiasakan memberi respon positif dan edukatif terhadap segala sikap siswa yang menyimpang. Semua siswa diajak terlibat aktif dalam aktivitas pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang relevan dengan rambu-rambu ibarat disebutkan dimuka dikatagorikan dalam pembelajaran inovasi hal-hal gres dalam pembelajaran Sains. Ada dua  pendekatan pembelajaran ditinjau dari keterlibatan guru maupun siswa yaitu pendekatan ekspositori dan pendekatan inquiri.[2] Secara ringkas ada pendekatan ekspositori jalan yang ditempuh yaitu memberi tahu, sedangkan pada inquiri melalui mencari tahu.
Pada ekspositori guru sangat lebih banyak didominasi dalam pembelajaran, sedangkan pada inquiri kiprah guru sangat kecil dan bahkan cenderung tidak ada. Dalam pembelajaran inovasi tujuan pembelajaran bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja, lebih dari itu juga untuk menunjukkan motivasi kepada siswa, melatih kemampuan berpikir intelektual dan merangsang keingintahuan siswa.
Pembelajaran inovasi dalam pembelajaran Sains juga untuk melatih siswa berpikir kritis, mempertimbangkan hal-hal yang ada disekelilingnya untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses mendapat pengetahuan. Peran guru bukan sebagai pengajar tetapi sebagai pemberi motivasi, fasilitas, dan pembimbing.
Dalam pembelajaran model  penemuan untuk meningkatkan prestasi berguru Sains, keaktivan berguru siswa merupakan faktor yang sangat penting. Dengan kadar keaktifan yang tinggi akan melibatkan fisik maupun mental yang lebih banyak dan lebih tinggi intensitasnya. Diharapkan  dengan kadar keaktifan yang tinggi akan memperoleh hasil berguru yang lebih baik.
Beberapa andal beropini bahwa pembelajaran inovasi diterjemahkan dari discovery, namun ada juga yang menterjemahkan dari inquiry. “ Many Consider Inquiry tobe synonymous with discovery, inductive teaching, reflektive teaching, and problem solving  (banyak orang menganggap bahwa inquiry identi  dengan discovery, pengajaran induktif , pengajaran reflektif, dan pemecahan masalah). Pendapat lain metode inquiry dan discovery pada dasarnya dua metode yang saling berkaitan, inquiry artinya penyelidikan, sedangkan discovery artinya penemuan, melalui penyelidikan siswa jadinya memperoleh suatu penemuan.[3]
Beberapa definisi ihwal pembelajaran penemuan untuk peningkatan prestasi pembelajaran Sains yang telah dikemukakan sanggup diberikan beberapa kesimpulan yaitu inquiri yaitu suatu proses yaitu siswa sanggup berguru dan mengalami pembelajaran pribadi dikala mereka memecahkan masalah melalui berpikir reflektif. Inquiri sebagai suatu tindakan atau teladan dalam mencari kebenaran, gosip atau pengetahuan ihwal meminta informasi.
Tujuan umum dari latihan inkuiri yaitu membantu siswa berbagi disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk membangkitkan pertanyaan dan mencari jawabannya yang berasal dari keingintahuannya. Metode inovasi disebut sebagai metode induktif. Metode induktif dimulai dengan banyak sekali kasus, fakta, teladan atau lantaran yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Siswa dibimbing untuk menemukan dan menyimpulkan prinsip dasar yang  dipelajarinya.[4]  Inkuiri dirumuskan sebagai proses berguru yang menunjukkan kesempatan pada anak didik untuk aktif menguji dan menafsirkan problem secara saintefik yang menunjukkan konklusi menurut pembuktian.[5]
Berdasarkan uraian dan pendapat ihwal definisi pembelajaran inovasi dalam pembelajaran Sains, maka sanggup disimpulkan bahwa dalam pembelajaran inovasi guru memilki kiprah :
a.    Menciptakan suasana berpikir bebas sehingga siswa berani bereksplorasi dalam inovasi dan pemecahan masalah,
b.    Pembimbing dalam mencari alternatif dalam pemecahan masalah,
c.    Sebagai fasilitator.
       Sedangkan kiprah siswa antara lain :  
a.    Mengambil prakarsa dalam menemukan masalah dan merancang alternatif pemecahannya,
b.    Aktif dalam mencari gosip dan sumber-sumber belajar
c.    Menyimpulkan dan menganalisa data,
d.   Melakukan eksplorasi guna memecahkan masalah,
e.    Mencari alternatif pemecahan kalau terjadi kebuntuan.

Pembelajaran inovasi dibagi dalam beberapa jenis yaitu :  (1) inquiri terbimbing (guided inquiry),  (2) inquiri bebas (openinquiry), dan  (3) inquiri secara individu (individualized inqury investigations). [6]
Dalam inquiri terbimbing, guru menyediakan data dan siswa diberi pertanyaan atau masalah untuk membantu mereka dalam mencari jawaban, kesimpulan, generalisasi, dan solusi. Pada inquiri bebas murid merencanakan solusi, mengumpulkan data dan selebihnya sama dengan inkuiri terbimbing. Sedangkan pada inquri secara individu sanggup mengidentifikasi ketrampilan dan harapan siswa yang tertarik pada berguru mandiri.
Pendekatan inquiry   merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakan dasar dan berbagi cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak berguru sendiri, berbagi kekreatifan dalam memecahkan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek belajar.
 Tugas utama guru yaitu menentukan masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri, dan kiprah selanjutnya yaitu menyediakan sumber berguru bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Campur tangan guru masih tetap diperlukan, namun harus dikurangkan. Pendekatan inquiri sanggup dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat :
1.       Guru harus trampil menentukan dilema yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari materi pelajaran yang menantang siswa) dan sesuai dengan daya nalar siswa.
2.       Guru harus trampil menumbuhkan mativasi belajar  siswa dan membuat situasi belajar  yang menyenangkan.
3.       Adanya kemudahan dan sumber berguru yang cukup.
4.       Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdikusi.
5.       Guru tidak banyak campur tangan terhadap aktivitas siswa.
 Ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan inquiry. Tahapan tersebut antara lain :
1.    perumusan masalah untuk dipecahkan siswa
2.    menetapkan tanggapan sementara
3.    siswa mencari informasi, data, fakta yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan.
4.      Menarik kesimpulan tanggapan atau generalisasi
5.      Mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru.
Pendekatan inquiri di dalam kelas sanggup dilaksanakan dengan banyak sekali cara. Setiap cara memiliki lima kerakteristik, yaitu : (1) situasi yang menyediakan stimulus untuk inquiri,  (2) masalah yang akan dicari pemecahannya, (3) perumusan masalah,  (4) pencarian pemecahan masalah,  (5) kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil penyelidikan.[7]
Langkah-langkah dalam penyajian masalah sanggup dilakukan sebagai berikut :
1.    Penyajian masalah yang dirumuskan oleh guru untuk dipecahkan
2.    Diskusi pengarahan dilakukan untuk mengungkap pengetahuan yang
3.    perlu diketahui olehsiswa sebelum mempelajari materi pelajaran
4.    kegiatan inovasi dengan bimbingan guru yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan dalam   lembaran aktivitas siswa, kemudian siswa melaksanakan aktivitas mencari dan menemukan  konsep, prinsip dan menarik kesimpulan
5.     Diskusi final dengan cara siswa diberi kesempatan mengemukakan   kesulitan yang ditemui  dalam aktivitas belajar
6.    Pengembangan masalah untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran.
 demikianlah postingan tentang Peningkatan Prestasi dalam  Pembelajaran Sains  semoga bermanfaat


[1] Alvin Pranoto, Sains dan Teknologi,(Jakarta: Gramedia,2009), hal.129
           [2]Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis, Pendidikan IPA, (Jakarta: Depdiknas,1992)hal. 35
[3] M.Ali. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung : Algesindo,2000), hal.86
[4] Atwi Suparman, Disain Instruktional. (Jakarta : Ditjen Dikti,1997), hal.198

[5] Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan. (Jakarta : Ditjen Dikti,1992), hal.118

[6]Tim UPI,  Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III , (Jakarta: IMTIMA & Grasindo, 2007.), hal. 281
[7] Srini M. Iskandar. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. (Bandung : Maulana, 2001), hal.71

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Disiplin Dalam Pembelajaran

Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)

Model Pembelajaran Nht (Numbered Heads Together)