Model Pembelajaran Ctl (Contextual Teaching And Learning)
Pengertian Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
Menurut Rifa'i (2007: 247), “pendekatan pembelajaran kontekstual ialah suatu pendekatan pembelajaran yang membantu siswa mengaitkan antara bahan yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan atau situasi dunia nyata mereka sehari-hari”.
Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual ini, proses berguru mengajar akan lebih konkret, lebih relistis, dan lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan ciri utama dari pembelajaran kontekstual/CTL yaitu inovasi makna.
Sedangkan berdasarkan Trianto (2008: 10) pendekatan CTL merupakan ”konsep berguru yang sanggup membantu guru mengaitkan antara bahan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga sanggup mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka”.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) berdasarkan Nurhadi (2002: 5) adalah: Konsep berguru yang membantu guru mengaitkan bahan dan mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama dalam pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, kegiatan bertanya, menemukan, masyarakat belajar, refleksi, permodelan, dan evaluasi sebenarnya.
Sears & Hears dalam Glynn (2004: 52) mendefinisikian pengertian CTL (Contextual Teaching and Learning) yaitu:
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran CTL merupakan konsep berguru yang sanggup membantu guru mengaitkan antara bahan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga sanggup mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. dengan melibatkan tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme, kegiatan bertanya, menemukan, masyarakat belajar, refleksi, permodelan, dan evaluasi sebenarnya.
Komponen dalam pembelajaran CTL
Nurhadi (2002: 10-20) mengemukakan bahwa “pendekatan CTL mempunyai tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme, kegiatan bertanya, menemukan, masyarakat belajar, refleksi, permodelan, dan evaluasi sebenarnya”.
Suatu pembelajaran dikatakan memakai pendekatan CTL jikalau menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. Dibawah ini ialah klarifikasi ketujuh komponen utama tersebut yaitu:
1. Konstruktivisme (teori pembelajaran konstruktivis)
Pendekatan ini menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses berguru mengajar. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berkhasiat bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Sehingga proses berguru mengajar berlangsung dengan berbasis pada acara siswa.
2. Menemukan (Inquiry)
Kata kunci pembelajaran CTL salah satunya ialah penemuan. Belajar inovasi menunjuk pada proses dan hasil belajar. Belajar penemuam melibatkan siswa dalam keseluruhan proses metode keilmuan sebagai langkah-langkah sistematik dalam menemukan pengetahuan gres atau memperbaharui pengetahuan lama. Sehingga dengan metode inkuiri, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diperlukan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan taktik utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, melaksanakan kegiatan bertanya untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Pembentukan kelompok belajar, maksudnya bahwa hasil berguru siswa diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam praktiknya, masyarakat berguru terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan andal ke kelas, bekerja sama dalam kelas, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan bekerja sama dengan masyarakat.
5. Permodelan (Modeling)
Guru menampilkan model-model yang bisa ditiru siswa sesuai dengan bahan yang disampaikan dan tingkat perkembangan siswa. Permodelan sanggup dirancang dengan melibatkan siswa atau dengan menghadirkan orang yang andal dan berpengalaman dalam bidangnya.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi ialah cara berpikir perihal apa yang telah dipelajari atau berpikir ke belakang perihal apa-apa yang sudah kita lakukan dan mencatat apa yang telah dipelajari. Dalam kegiatan refleksi ini, guru membantu siswa menciptakan hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang baru.
7. Penilaian autentik (Authentic Assesment)
Guru melaksanakan evaluasi atau pengumpulan aneka macam data yang sanggup memperlihatkan citra perkembangan berguru siswa menyerupai mengukur pengetahuan, menilai kinerja, serta menilai tugas-tugas siswa yang relevan.
Dengan berpedoman pada tujuh komponen CTL tersebut, maka kegiatan pembelajaran dengan pendekatan CTL akan sanggup berbagi pemikiran bahwa siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Kegiatan tersebut mendorong keingintahuan siswa melalui bertanya, kerja kelompok, dan pengalaman nyata.
Langkah-langkah Pembelajaran CTL
Secara garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran (Depdiknas dalam Trianto, 2008: 26) yaitu sebagai berikut:
Menurut Rifa'i (2007: 247), “pendekatan pembelajaran kontekstual ialah suatu pendekatan pembelajaran yang membantu siswa mengaitkan antara bahan yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan atau situasi dunia nyata mereka sehari-hari”.
Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual ini, proses berguru mengajar akan lebih konkret, lebih relistis, dan lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan ciri utama dari pembelajaran kontekstual/CTL yaitu inovasi makna.
Sedangkan berdasarkan Trianto (2008: 10) pendekatan CTL merupakan ”konsep berguru yang sanggup membantu guru mengaitkan antara bahan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga sanggup mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka”.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) berdasarkan Nurhadi (2002: 5) adalah: Konsep berguru yang membantu guru mengaitkan bahan dan mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama dalam pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, kegiatan bertanya, menemukan, masyarakat belajar, refleksi, permodelan, dan evaluasi sebenarnya.
Sears & Hears dalam Glynn (2004: 52) mendefinisikian pengertian CTL (Contextual Teaching and Learning) yaitu:
CTL emphasizes using concept and process skills in real world contexts that are relevant to students from diverse backgraunds. This approach motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers and to engage in the hard work that learning requires.Dari pernyataan di atas sanggup dikatakan bahwa CTL menekankan penggunaan konsep dan ketrampilan proses didalam hubungan dunia nyata yang sesuai dengan latar belakang siswa yang beraneka ragam. Pendekatan ini memotivasi siswa untuk menciptakan hubungan antara pengetahuan dan penerapananya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja, dan untuk memberi kesempatan bekerja keras untuk mempelajari sesuai yang dibutuhkan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran CTL merupakan konsep berguru yang sanggup membantu guru mengaitkan antara bahan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga sanggup mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. dengan melibatkan tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme, kegiatan bertanya, menemukan, masyarakat belajar, refleksi, permodelan, dan evaluasi sebenarnya.
Komponen dalam pembelajaran CTL
Nurhadi (2002: 10-20) mengemukakan bahwa “pendekatan CTL mempunyai tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme, kegiatan bertanya, menemukan, masyarakat belajar, refleksi, permodelan, dan evaluasi sebenarnya”.
Suatu pembelajaran dikatakan memakai pendekatan CTL jikalau menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. Dibawah ini ialah klarifikasi ketujuh komponen utama tersebut yaitu:
1. Konstruktivisme (teori pembelajaran konstruktivis)
Pendekatan ini menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses berguru mengajar. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berkhasiat bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Sehingga proses berguru mengajar berlangsung dengan berbasis pada acara siswa.
2. Menemukan (Inquiry)
Kata kunci pembelajaran CTL salah satunya ialah penemuan. Belajar inovasi menunjuk pada proses dan hasil belajar. Belajar penemuam melibatkan siswa dalam keseluruhan proses metode keilmuan sebagai langkah-langkah sistematik dalam menemukan pengetahuan gres atau memperbaharui pengetahuan lama. Sehingga dengan metode inkuiri, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diperlukan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan taktik utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, melaksanakan kegiatan bertanya untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Pembentukan kelompok belajar, maksudnya bahwa hasil berguru siswa diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam praktiknya, masyarakat berguru terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan andal ke kelas, bekerja sama dalam kelas, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan bekerja sama dengan masyarakat.
5. Permodelan (Modeling)
Guru menampilkan model-model yang bisa ditiru siswa sesuai dengan bahan yang disampaikan dan tingkat perkembangan siswa. Permodelan sanggup dirancang dengan melibatkan siswa atau dengan menghadirkan orang yang andal dan berpengalaman dalam bidangnya.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi ialah cara berpikir perihal apa yang telah dipelajari atau berpikir ke belakang perihal apa-apa yang sudah kita lakukan dan mencatat apa yang telah dipelajari. Dalam kegiatan refleksi ini, guru membantu siswa menciptakan hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang baru.
7. Penilaian autentik (Authentic Assesment)
Guru melaksanakan evaluasi atau pengumpulan aneka macam data yang sanggup memperlihatkan citra perkembangan berguru siswa menyerupai mengukur pengetahuan, menilai kinerja, serta menilai tugas-tugas siswa yang relevan.
Dengan berpedoman pada tujuh komponen CTL tersebut, maka kegiatan pembelajaran dengan pendekatan CTL akan sanggup berbagi pemikiran bahwa siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Kegiatan tersebut mendorong keingintahuan siswa melalui bertanya, kerja kelompok, dan pengalaman nyata.
Langkah-langkah Pembelajaran CTL
Secara garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran (Depdiknas dalam Trianto, 2008: 26) yaitu sebagai berikut:
Kembangkan pemikiran siswa bahwa anak akan berguru lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
Ciptakan masyarakat berguru (belajar dalam kelompok-kelompok).
Hadirkan model sebagai pola pembelajaran.
Hadirkan pendekatan sebagai pola pembelajaran.
Lakukan refleksi di simpulan pertemuan.
Lakukan evaluasi yang sesungguhnya dengan aneka macam cara.
Glynn, Shawn M. 2004. Contextual Teaching and Learning of Science in Elementary Schools. Journal of Elementary Science Educational. 16/2: 52. http ://search.proquest.com
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
Rifa'i, Achmad. 2007. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka.
Komentar
Posting Komentar